ILMU MEDAN PETA KOMPAS
METODE MENGUNGKAPKAN
ARAH
seorang penjelajah membutuhkan cara untuk mengekspresikan arah yang akurat, yang disesuaikan dengan setiap bagian dari dunia, dan memiliki ukuran unit umum. Arah dinyatakan sebagai satuan ukuran sudut.
a. System sexagesimal
seorang penjelajah membutuhkan cara untuk mengekspresikan arah yang akurat, yang disesuaikan dengan setiap bagian dari dunia, dan memiliki ukuran unit umum. Arah dinyatakan sebagai satuan ukuran sudut.
a. System sexagesimal
Unit yang paling umum adalah ukuran derajat
(°) dengan subdivisi nya menit (') dan detik (").
system ini membagi lingkaran menjadi 360 derajat
1 derajat = 60 menit.
1 menit = 60 detik.
system ini membagi lingkaran menjadi 360 derajat
1 derajat = 60 menit.
1 menit = 60 detik.
b. system waktu
System ini membagi lingkaran menjadi
24 jam dimana
1 jam = 60 menit
1
menit = 60 detik
c. system artileri
Mil. Satuan
ukuran lain, yang mil (disingkat), digunakan terutama di artileri, tank, meriam
dan mortir. Para mil mengungkapkan ukuran sudut terbentuk ketika sebuah
lingkaran dibagi menjadi 6.400 sudut, dengan titik dari sudut di pusat lingkaran.
Suatu hubungan dapat dibangun antara derajat dan mils. Sebuah lingkaran sama
dengan 6400 mils dibagi dengan 360 derajat, atau 17,78 mil per derajat. Untuk
mengkonversi derajat ke mils, kalikan derajat dengan 17,78.
360 derajat = 6400 mil
MACAM MACAM UTARA
Untuk mengungkapkan arah sebagai
satuan ukuran sudut, harus ada titik awal atau ukuran nol dan titik acuan ini
menunjuk dua titik dasar atau garis referensi. Ada garis-benar basis tiga
utara, utara magnetis, dan grid utara. Yang paling umum digunakan adalah
magnet dan grid.
a.
Utara sebenarnya .
Bentuk bumi bukanlah sebuah bulat
sempurna , namun sedikit elips yang berotasi pada porosnya dengan menarik garis
khayal pada poros bumi., bias diketahui utara sebenarnya dari bumi. Sebuah
garis dari setiap titik di permukaan bumi ke kutub utara. Utara sebenarnya
biasanya diwakili oleh sebuah binta ng
b. Utara magnetic
Arah ke kutub utara magnet, seperti
yang ditunjukkan oleh jarum utara dicari dari instrumen magnetik. Pembacaan
magnetik diperoleh dengan instrumen magnetis, seperti kompas Lensatic dan M2. Kutub
magnetic tidak berhimpit dengan poros bumi jaraknya berselisih sejauh 1400 mil
sebelah selatan kutub utara bumi utara magnetic kita gunakan sebagai dasar
untuk menentukan besar sudut derajat secara mendatar. Bagian utara magnetik
biasanya dilambangkan dengan garis diakhiri dengan setengah dari sebuah mata
panah
c.
Utara pada peta (grid north) . Bagian utara yang didirikan
dengan menggunakan garis grid vertikal pada peta yang menjadi sumbu peta .
"arah utara peta tidak berhimpit dengan utara sebenarnya sehingga terdapat
selisih yang disebut ikhtilap peta. Sudut ikhtilap peta tergantung pada dari
lokasi peta . bias sebelah barat atau timur utara sebenarnya Grid utara mungkin
dilambangkan dengan huruf atau GN huruf "y
BEBERAPA ALAT YANG DIGUNAKAN
DALAM IMPK
A.
KOMPAS
1. DEFINISI
Definisi kompas. Kompas berasal dari bahasa Latin yaitu
Compassus yang berarti jangka. Kompas merupakan alat penentu arah dan derajat
mata angin. Kompas tediri atas magnet jarum, yang dapat berputar bebas. Kutub-kutub
magnet ini selalu menunjuk arah Utara – Selatan walaupun tidak tepat benar
(karena adanya sudut deklinasi).
Dalam menggunakan kompas perlu di perhatikan;
Kompas adalah instrumen yang lembut dan harus dirawat
sesuai.
a. Inspeksi. Sebuah pemeriksaan rinci
diperlukan ketika pertama kali mendapatkan dan menggunakan kompas. Salah
satu bagian paling penting untuk memeriksa adalah dial mengambang, yang berisi
jarum magnetik. Pengguna juga harus memastikan penampakan kawat lurus,
bagian kaca dan kristal tidak rusak, angka-angka pada dial dapat dibaca, dan
yang paling penting, yang dial tidak menempel.
b. Efek Logam dan
Listrik. Logam objek dan sumber listrik dapat mempengaruhi kinerja
kompas. Namun, logam dan paduan nonmagnetik tidak mempengaruhi pembacaan
kompas. Jarak pemisahan berikut disarankan untuk memastikan berfungsinya
kompas:
c. Akurasi. Sebuah kompas dalam
kondisi kerja yang baik sangat akurat. Namun, kompas harus diperiksa
secara berkala pada baris diketahui arah, seperti azimut disurvei menggunakan
stasiun deklinasi. Kompas dengan lebih dari 3 ° + variasi tidak boleh
digunakan.
d. Perlindungan. Jika
bepergian dengan kompas, dilipat, pastikan pemandangan belakang dilipat
sepenuhnya turun ke cincin bezel. Hal ini akan mengunci tombol mengambang
dan mencegah getaran, serta melindungi mata kristal dan belakang dari kerusakan
3. BEBERAPA JENIS KOMPAS
1.
Kompas Bidik
Kompas
bidik adalah kompas yang biasa digunakan oleh militer, pramuka, dan pengembara.
Kompas ini mudah mendapatkannya, harganyapun relatif murah, juga penggunaannya
cukup sederhana serta lengkap.
Bagian
bagian kompas bidik:
1. Dial
:
Permukaan diaman tertera angka/huruf seperti jam
2. Visir
: Pembidik
Sasaran
3. Kaca Pembesar :
Untuk melihat sasaran dan angka pada Dial
4. Jam Penunjuk
: Menunjukkan lokasi magnet bumi
5. Tutup Dial
: Dengan 2 garis bersudut 450 dan
dapat diputar-putar
6. Alat penggantung : Untuk tali/ dapat
juga untuk menyangkutkan ibu jari tangan sewaktu melakukan pembidikan
Cara menggunakannya:
1. tutup
kompas dibuka legak lurus dengan kotak / badan kompas (90 derajat).
2. ibu
jari dimasukkan kecincin dan kompas diletakkan mendatar dan disana oleh jari
telunjuk dan jari lainnya.
3. kompas
dipegang sebatas mata.
4. sasaran
bidik melalui takik pertengahan prisma dan garis rambut dibagian tengah
ditutup.
5. setelah
sasaran dibidik dengan tepat, angka yang tertera dibawah garis tanda diatas
pelat yang bercahaya dibaca, angka itu menunjukkan besarnya arah sudut bidikan.
2.
Kompas Silva
Kompas
ini sudah dilengkapi busur drajat dan penggaris. Dalam penggunaannya akan
sangat mudah karena kompas ini tidak dilengkapi alat bidik. Kecermatan bidik
kompas ini agak kurang
3. Geografical
Position Satelite
Saat
ini banyak pula pendaki gunung yang memanfaatkan alat navigasi sistem GPS, yang
merupakan singkatan dari Geografical Position Satelite. Sistem ini dikembangkan
dengan bantuan satelit militer Amerika Serikat yang digunakan untuk kebutuhan
komersial.
Sebenarnya
alat ini digunakan untuk navigasi udara, tetapi dalam perkembangannya atau
kenyataannya saat ini, juga bisa digunakan untuk navigasi darat dan laut.
Secara garis besarnya bentuk alat ini kurang lebih sebesar kalkulator.
Pengoperasian alat ini dibantu oleh minimal 3 buah satelit pengamat.
Alat
ini banyak diminati di Indonesia, walaupun ada kekhawatiran bagaimana
seandainya bekas satelit militer Amerika itu tidak digunakan oleh kegiatan
sipil. Menurut rencana pemerintah Indonesia akan mengorbitkan satelit sejenis
dan mengoperasikannya. Jadi untuk perkembangan dunia petualangan, alat ini
memang perlu dipelajari dan mempunyai prospek yang baik..
B. PROTRACTOR
Ada beberapa jenis protractors penuh
lingkaran, setengah lingkaran, persegi, dan persegi panjang. Semua dari
mereka membagi lingkaran menjadi satuan ukuran sudut, dan masing-masing
memiliki skala sekitar tepi luar dan tanda indeks. Tanda Indeks adalah
pusat lingkaran busur dari mana semua arah diukur.
a. Para busur derajat militer, GTA 5-2-12, berisi dua
skala: satu dalam derajat (skala batin) dan satu di mils (skala luar). Busur
derajat ini merupakan lingkaran azimut. Skala derajat lulus 0-360 derajat,
masing-masing tanda centang pada skala mewakili derajat satu derajat. Sebuah
baris 0-180 derajat disebut garis dasar busur derajat. Dimana garis dasar
berpotongan dengan garis horizontal, antara 90 dan 270 derajat, adalah indeks
atau pusat busur derajat
b. Bila menggunakan busur derajat, garis dasar selalu
paralel berorientasi ke saluran jaringan utara-selatan. Para 0 - tanda
atau 360-derajat selalu ke arah atas atau utara pada peta dan tanda adalah 90 °
ke kanan.
(1) Untuk menentukan azimuth grid-
(A) Buatlah garis yang menghubungkan
dua titik (A dan B).
(B) Tempat indeks dari busur derajat
pada titik di mana garis yang ditarik melintasi garis (utara-selatan) grid
vertikal.
(C)
Menjaga indeks pada titik ini, sejajarkan 0 - untuk 180-derajat dari garis
busur derajat pada garis kotak vertikal.
(D) Baca nilai sudut dari skala, ini
adalah jaringan azimut dari titik A ke titik B
(2) Untuk menggambarkan suatu azimut
dari titik yang diketahui pada peta -
(A)
Mengkonversi azimut dari magnetik ke grid, jika perlu.
(B) Tempatkan busur derajat pada
peta dengan tanda indeks pada pusat massa dari titik dikenal dan garis dasar
sejajar dengan garis kotak utara-selatan.
(C) Buatlah tanda di peta di azimut
yang diinginkan.
(D) Hapus busur derajat dan
menggambar garis yang menghubungkan titik dikenal dan tanda di peta. Ini
adalah arah kotak garis (azimuth).
C.
PETA
A. PENGERTIAN PETA
“ Sejumlah informasi/data dari
suatu daerah tertentu (sebagian dari permukaan fisik bumi) yang disajikan dalam
bentuk grafis 2 dimensi (bidang datar) dengan perbandingan tertentu
(skala).........”
KLASIFIKASI PETA
Tidak ada
klasifikasi Peta yang bersifat universal. Secara garis besar, Peta dapat
dibedakan berdasarkan skala, pada bentuk penyajiannya isi atau informasi utama
pada Peta dan kegunaan dari Peta tersebut.
Berdasarkan
Skala Peta
- Peta Teknis: Dengan skala dibawah 1:10.000.
- Peta Topografi: Atau Peta detail dengan skala lebih kecil, diantaranya 1:10.000 sampai dengan 1:100.000.
- Peta Geografi: Atau Peta Ikhtisar dengan skala lebih kecil dari 1:100.000.
Berdasarkan Bentuk Penyajian Peta
- Peta Garis (Line Map).
- Peta yang menyajikan bayangan dari permukaan bumi dalam bentuk grafis atau garis.
- Peta Foto (Photo Map).
- Bayangan dari permukaan bumi disajikan dalam bentuk bayangan Fotografis, hasil dari suatu pemotretan Udara.
- Peta Digital (Digital Map).
- Suatu Peta yang data-datanya (Nomor titik, Koordinat Horisontal dan Vertikal) tersimpan dalam media Komputer.
Berdasarkan Isi Peta
- Peta Topografi (Topographic Map)
- Peta yang menyajikan informasi dari semua unsur yang terdapat dipermukaan Bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia.
- Peta Tematik (Thematik Map)
- Peta yang menyajikan unsur-unsur tertentu dari permukaan Bumi sesuai dengan tema Peta yang bersangkutan, dan umumnya mempunyai hubungan tertentu dengan informasi topografi.
- Chart
- Suatu Peta untuk kegunaan yang bersifat khusus, dalam hal ini data-data yang disajikan berhubungan dengan keperluan Khusus.
Berdasarkan Kegunaan Peta
- Peta Referensi atau Peta Serbaguna, Peta yang dijadikan dasar dari perencanaan pengembangan nasional dan regional, dan umumnya diproduksi pada satu seri Peta. Jenis dari Peta referensi diantaranya adalah:
- Peta Planimetris, Peta yang hanya menyajikan posisi horisontal dari unsur-unsur dipermukaan bumi tanpa menyajikan data ketinggian.
- Peta Kadaster, Peta yang menyajikan batas dari kepemilikan tanah.
- Peta Topografi, Peta yang menggambarkan tidak saja detail planimetris dari unsur-unsur dipermukaan bumi, tetapi juga menggambarkan bentuk Peta Topografi.
PETA TEMATIK
Adalah Peta
yang menyajikan data/informasi sebagian permukaan fisik bumi sehubungan dengan
tema tertentu (bersifat khusus). Dalam pembuatan Peta Tematik, diperlukan dua
elemen penting, yaitu Peta dasar serta data/informasi spesifik yang akan
disajikan.
Contoh dari Peta Tematik:
- Peta Geologi.
- Peta Tata Guna Tanah.
- Peta Sumberdaya Alam.
- Peta Jalan.
- Peta Pariwisata.
PETA TOPOGRAFI
Peta yang
dipergunakan dalam Navigasi Darat adalah Peta Topografi yang dipandang paling
lengkap dalam penyajian informasinya. Perkataan Topografi berasal dari bahasa
Yunani dan terdiri dari dua kata yaitu: TOPO
= Lapangan, GRAFOS =
Penjelasan tertulis, jadi Topografi berarti penjelasan tertulis tentang
lapangan.
Peta Topografi
sering juga disebut sebagai Peta yang bersifat umum, karena alam penyajiannya
tidak ada satu unsurpun yang lebih dipentingkan atau dengan perkataan lain,
semua unsur pada Peta Topografi diperlakukan sama. Dengan kata lain definisi
dari Peta Topografi adalah:
...”
Peta yang menyajikan data dan informasi keadaan lapangan secara menyeluruh
(sifatnya umum), baik itu unsur alam (sungai, gunung, danau, laut, dll) maupun
unsur buatan (jalan, jembatan, perkampungan, bendungan, dll) dengan garis
bayangan ketinggian (garis kontur ketinggian) dalam perbandingan tertentu
(skala)”...
Dalam lembaran
Peta Topografi ada beberapa informasi ditepi Peta sebagai penunjang dalam
pembacaan Peta yang harus diketahui oleh seorang Navigator.
INFORMASI TEPI PETA TOPOGRAFI
1. Judul
Peta
Menerangkan
identitas atau nama dari suatu daerah yang tergambar dalam lembar Peta
tersebut. Biasanya judul Peta diambil dari nama daerah yang terletak ditengah
Peta atau daerah yang paling besar atau menonjol pada lembar Peta tersebut.
Contoh : Sagalaherang, Mandalawangi,
Ciwidey, G. Ceremai, dll.
2. Nomor
Lembar/Nomor Registrasi Peta
Menerangkan
nomor registrasi dari tiap lembar Peta, biasanya ditempatkan disudut kanan atas
dari Peta.
Cara penomoran Peta Belanda HIND
1090
Cara penomoran
menurut edisi Belanda, di Indonesia 1° Lintang dan Bujur dibagi dalam tiga
bagian, masing-masing bagian terdiri 20’. Daerah sebesar 20’ x 20’ dinamakan satu bagian derajat.
Tiap-tiap
bagian derajat yang ada dipermukaan bumi semuanya diproyeksikan diatas suatu
bidang kerucut yang menyinggung permukaan bumidititik tengah bagian derajat dan
mempunyai sumbu yang berimpit dengan poros bumi. Dinamakan Proyeksi Polynder.
Titik tengah
bagian derajat menjadi titik asal salib sumbu untuk menentukan koordinat
titik-titik bagian derajat
Cara penomoran pada edisi Hindia
belanda, yaitu :
- Angka latin untuk penomoran kolom tiap satu bagian derajat 20’ x 20’ (skala 1:100.000).
- Angka romawi untuk penomoran baris tiap 20. x 20. (skala 1:100.000).
- Hurup/abjad latin besar untuk pembagian lembar/sheet Peta tiap 10’ x 10’ (skala 1:50.000).
- Hurup/abjad latin kecil tiap 5. x 5. (skala 1:25.000).
Contoh penomoran pada Peta edisi Belanda HIND 1090
36/XXXIX (19) untuk Peta 20’ skala 1:100.000
36/XXXIX (19-A) untuk Peta 10’ skala 1:50.000
36/XXXIX (19-a) untuk Peta 5’ skala 1:25.000
Cara
mencari lembar Peta edisi Hindia belanda, yaitu:
Penomoran Peta
HIND 1090 dimulai dari garis lintang dan bujur paling kiri atas dari wilayah
Indonesia, yaitu 06° LU dan 96° BT.
Dari uraian
diatas kita mengetahui bahwa satu derajat terbagi dalam 3 bagian derajat pada
Peta edisiini, yaitu seluas 20’ x 20’ terpetakan dalam skala 1 : 100.000.
Misalnya kita mencari koordinat suatu tempat/titik 06°25’30’’ LS dan
109°35’15’’ BT. Terdapat dilembar Peta berapa tempat/titik tersebut ?,
caranya:
·
Mencari
nomor kolom
107°35’15’’ BT - 96° BT = 11°35’15’’
BT
Lihat derajat dan menitnya yaitu
11°35’ = 695’
695’/20’ = 34.75, artinya posisi
koordinat yang dicari terdapat pada nomor kolom 35.
·
Mencari
nomor baris
06°25’30’’ LS - 06° LU = 12°25’30’’
Lihat derajat dan menitnya yaitu
12°25’ = 745’
745’/20’ = 37.25, artinya posisi
koordinat yang dicari terdapat pada nomor baris 38 = XXXVIII.
Dari hasil
diatas kita mendapatkan posisi dari koordinat 06°25’30’’ LS ; 102°35’15’’ BT,
terdapat pada kolom 35 dan baris 38 = XXXVIII yaitu nomor lembar bagian derajat
13 maka nomor Petanya 35/XXXVIII(13) untuk Peta skala (1 : 100.000).
Peta 1:50.000
mewakili daerah seluas 10. x 10., cara untuk mencari nomor lembar Petanya :
·
Hitung bujur dari koordinat tersebut
setelah dikurangi kelipatan 20’
11°35’15’’ = 695’15’’.......(bujur)
34 x 20’ = 680’...............(kolom
kelipatan 20’)
695’ – 680’ = 15’15’’........(sisa
setelah dikurangi kolom atau kelipatan 20’).
·
15’15’’ pada bagian derajat terdapat
pada kolom ke 2 yaitu lembar Peta B atau D, Peta skala 1 : 50.000. (lihat
gambar 5)
·
Untuk nomor baris hitung lintang
setelah dikurangi kelipatan 20’
12°25’30’’= 745’.......(bujur)
37 x 20’ = 740’............(kolom
kelipatan 20’)
745’ – 740’ = 15’30’’...(sisa
setelah dikurangi baris atau kelipatan 20’).
·
15’30’’ pada bagian derajat terdapat
pada baris ke 2 yaitu lembar Peta C atau D, Peta skala 1 : 50.000. (lihat
gambar 5)
·
Dari perhitungan kolom dan baris
diatas maka kita mendapatkan lembar Peta yang bertampalan yaitu dilembar D
untuk Peta skala 1 : 50.000.
Jadi posisi
dari titik/tempat yang mempunyai koordinat 06°25’30’’ LS ; 102°35’15’’ BT
terdapat pada lembar Peta nomor 35/XXXVIII(13-D) pada Peta skala 1:50.000.
Cara penomoran Peta AMS (U.S.Army Map Service)
Cara ini
membagi satu derajat melintang dalam 3 bagian derajat dan membujur dalam 2
bagian derajat, masing-masing 30’ x 20’ untuk skala 1:100.000 dan 15’ x 10’
untuk skala 1:50.000, sehingga ukuran kertas yang digunakan yaitu 55cm x 37cm.
Contoh :
4422 skala 1: 100.000
4422-IV skala
1: 50.000
Cara penomoran Peta BAKOSURTANAL
Untuk penomoran
lembar Peta Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) atau
juga disebut juga Peta Rupa Bumi, mempunyai penomoran tersendiri.
Satu derajat
melintang dan membujur terbagi dalam 2 bagian masingmasing 30° sehingga daerah
yang diwakili satu bagian derajat adalah 30’ x 30’ dalam skala 1:100.000, Peta
skala 1:50.000 masing-masing 15’ x 15’ dan skala 1:25.000 masing-masing 7,5’ x
7,5’ dengan ukuran kertas 55cm x 55cm.
- Cara penomoran Peta Bakosurtanal dinyatakan dengan angka latin :
- Empat angka pertama mewakili daerah seluas 1° x 1°30’ dipetakan dengan skala 1 : 250.000.
- Empat angka pertama ditambah satu angka daerah seluas 30’ x 30’ yaitu menunjukan skala 1 : 100.000.
- Empat angka pertama ditambah dua angka daerah seluas 15’ x 15’ yaitu menunjukan skala 1 : 50.000.
- Empat angka pertama ditambah tiga angka daerah seluas 7,5’ x 7,5’ yaitu menunjukan skala 1 : 25.000.
Contoh : Peta Bekasi nomor Peta
1209-531
1209
: skala 1 : 250.000
1209-5
:
skala 1 : 100.000
1209-53
: skala 1 :
50.000
1209-531
: skala 1 : 25.000
3. Keterangan
pembuat Peta
Menerangkan
silsilah, waktu, jenis proyeksi serta datum yang digunakan. Tujuan dari Peta
itu dibuat serta keterangan serta alamat Instansi yang memproduksi Peta
tersebut.
Contoh :
Repro
: Direktorat Geologi 1976
Dari Peta asal : US. Army
Washington D.C 1943
Proyeksi
: Lambert Comcal
Orthomorphic
4. Legenda
Peta
Menerangkan simbol-simbol
yang tergambar pada Peta baik unsur alam maupun buatan (gunung, sawah, jalan,
kampung, titik trianggulasi, titik ketinggian, dll).
Bentuk serta
ukuran dari simbol-simbol ini tidak dipengaruhi oleh skala (generalisasi),
contoh simbol dalam legenda.
5. Bagan
Pembagian lembar Peta
Menerangkan
bagian-bagian Peta yang bertampalan dengan Peta tersebut, sehingga mempermudah
dalam penggabungan Peta untuk interprestasi daerah yang lebih luas.
6. Skala
Peta
Menerangkan
perbandingan antara jarak di Peta dengan jarak sebenarnya dilapangan.
Ada beberapa
jenis skala Peta yang tercantum yaitu Skala Numeris, Skala Grafis, dan Skala
Pernyataan.
- Skala Numeris , yaitu skala Peta yang disajikan dalam bentuk nomor/angka seperti 1:50.000, artinya setiap perbandingan 1 cm di peta sebanding dengan 50.000cm = 500m = 0,5km dilapangan.
- Skala Grafis , yaitu skala Peta yang disajikan dalam bentuk grafis garis. Skala grafis ini berfungsi untuk mengantisipasi dari pemuaian atau pengerutan pada bahan kertas Peta yang digunakan, yang disebabkan oleh pengaruh panas dari alat pencetak atau pengaruh dari suhu udara, sehingga dapat diketahui pergeseran akibat perubahan tersebut.
·
Skala
Pernyataan , yaitu skala Peta yang dalam
penyajiannya menggunakan suatu pernyataan.
Contoh : 1 inch to 1 miles
Cara ini banyak digunakan dalam bentuk chart, serta
Peta-peta yang dibuat oleh Negara-negara persemakmuran Inggris.
CARA MENG HITUNG SKALA
Interval Kontur secara Sistematis tertulis sbb :
Skala Peta secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :
MEASURING DISTANCE (Mengukur Jarak)
Langkah-langkah
mengukur Jarak Datar di lapangan :
· Ketahui Skala Peta
· Ketahui Jarak di Peta (JP)
Secara
Sistematis Jarak Datar dapat diketahui sbb :
Contoh
: Diketahui Skala Peta 1 : 25.000
Jarak Peta = 4 cm
Hitung
: Jarak Datar di Lapangan ?
JP
Jawab
: SP =
JD
JD = SP x JD
= 4 cm x
25.000 =
100.000 cm
Jadi Jarak Datar
= 1 Km
Langkah-langkah
menghitung Jarak Sebenarnya di Peta :
· Ketahui Skala Peta (SP)
· Ketahui Jarak Peta (JP)
· Ketahui Beda Tinggi (Interval Kontur)
· Ketahui Jarak Datar (JD)
Secara
sistematis Jarak Sebenarnya sbb :
A
= Jarak Datar
B
= Beda Tinggi/Interval Kontur
C
= Jarak Sebenarnya
Contoh
:
Diketahui
: Jarak Peta (Titik A ke B)
= 5 cm
Skala
Peta
= 1 : 25.000
Jumlah Kontur pada lintasan = 7
kontur (titik A ke titik B)
Hitung Jarak Sebenarnya ?
7. Sistim
Koordinat
Yaitu sistim
untuk memudahkan dalam menentukan posisi suatu titik/tempat dipeta, sistim
koordinat Peta ini disajikan dalam bentuk grid
(garis pembantu sistim koordinat).
Ada dua sistim
koordinat yang disajikan didalam Peta Topografi wilayah Indonesia yaitu:
Ada dua sistim
koordinat yang disajikan didalam Peta Topografi wilayah Indonesia yaitu:
·
Sistim Koordinat Graticule
(geografis), yaitu sistim koordinat yang menggunakan proyeksi polynder grid yang digunakan adalah grid dengan satuan
lingkaran, lintang (j),
dan bujur (λ).
Contoh :
koordinat Kuningan (06°58’56’’ LS ; 108°28’34’’ BT)
·
Sistim Koordinat UTM, yaitu sistim
koordinat yang menggunakan grid UTM (Universal Transverse Mecator) dalam salib
sumbu cartesian(absis dan ordinat). Satuan yang dipakai dalam sistim ini adalah
meter.
Contoh : koordinat Kuningan
221134(absis) ; 9227466(ordinat).
Sistim koordinat UTM inilah yang
biasanya lebih mudah dipakai dalam kegiatan Navigasi Darat, karena menggunakan
grid dalam satuan jarak yaitu meter.
Pada
pelaksanaannya untuk mempermudah dalam proses mencari dan menghitung digunakan
sistim lokal yaitu sistim yang berdiri sendiri tidak bersifat umum, sistim ini
biasanya digunakan pada Peta latihan.
Beberapa cara sistim koordinat lokal yaitu:
·
Cara
6 angka (Puluh ribuan, Ribuan, dan Ratusan).
Contoh : koordinat Kuningan 211;275
·
Cara
8 angka (Puluh ribuan, Ribuan, Ratusan, dan
Puluhan).
Contoh : koordinat Kuningan
2113;2747
MAP SYMBOLS
Yang dimaksud
adalah tanda-tanda yang termuat didalam peta dengan bentuk-bentuk tertentu
serta mempunyai arti tertentu, sehingga memudahkan pengguna peta untuk dapat
mempergunakannya.
Contoh :
Jalan Aspal, jalan tanah, jalan
setapak, titik Ketinggian, puncak gunung, sungai, bangunan, perkampungan
perkebunan, sawah, dll
Sumber
: http://frekajourney.blogspot.com/2011/11/ilmu-medan-peta-kompas.html
0 komentar:
Posting Komentar