Rabu, 26 Desember 2012

Ilmu Medan Peta Kompas


ILMU MEDAN PETA KOMPAS

METODE MENGUNGKAPKAN ARAH
seorang penjelajah  membutuhkan cara untuk mengekspresikan arah yang akurat, yang disesuaikan dengan setiap bagian dari dunia, dan memiliki ukuran unit umum. Arah dinyatakan sebagai satuan ukuran sudut.
a.  
System sexagesimal
Unit yang paling umum adalah ukuran derajat (°) dengan subdivisi nya menit (') dan detik (").
system ini membagi lingkaran menjadi 360 derajat
1 derajat = 60 menit.
1 menit = 60 detik.

b.   system waktu
System ini membagi lingkaran menjadi 24 jam dimana
            1 jam = 60 menit
1 menit = 60 detik

c. system artileri
 Mil. Satuan ukuran lain, yang mil (disingkat), digunakan terutama di artileri, tank, meriam dan mortir. Para mil mengungkapkan ukuran sudut terbentuk ketika sebuah lingkaran dibagi menjadi 6.400 sudut, dengan titik dari sudut di pusat lingkaran. Suatu hubungan dapat dibangun antara derajat dan mils. Sebuah lingkaran sama dengan 6400 mils dibagi dengan 360 derajat, atau 17,78 mil per derajat. Untuk mengkonversi derajat ke mils, kalikan derajat dengan 17,78.
                        360 derajat = 6400 mil


MACAM MACAM UTARA
Untuk mengungkapkan arah sebagai satuan ukuran sudut, harus ada titik awal atau ukuran nol dan titik acuan ini menunjuk dua titik dasar atau garis referensi. Ada garis-benar basis tiga utara, utara magnetis, dan grid utara. Yang paling umum digunakan adalah magnet dan grid.
a.       Utara sebenarnya .
Bentuk bumi bukanlah sebuah bulat sempurna , namun sedikit elips yang berotasi pada porosnya dengan menarik garis khayal pada poros bumi., bias diketahui utara sebenarnya dari bumi. Sebuah garis dari setiap titik di permukaan bumi ke kutub utara.  Utara sebenarnya  biasanya diwakili oleh sebuah binta ng


b.      Utara magnetic
 Arah ke kutub utara magnet, seperti yang ditunjukkan oleh jarum utara dicari dari instrumen magnetik. Pembacaan magnetik diperoleh dengan instrumen magnetis, seperti kompas Lensatic dan M2.  Kutub magnetic tidak berhimpit dengan poros bumi jaraknya berselisih sejauh 1400 mil sebelah selatan kutub utara bumi utara magnetic kita gunakan sebagai dasar untuk menentukan besar sudut derajat secara mendatar. Bagian utara magnetik biasanya dilambangkan dengan garis diakhiri dengan setengah dari sebuah mata panah
c.       Utara pada peta (grid north) . Bagian utara yang didirikan dengan menggunakan garis grid vertikal pada peta yang menjadi sumbu peta .  "arah utara peta tidak berhimpit dengan utara sebenarnya sehingga terdapat selisih yang disebut ikhtilap peta. Sudut ikhtilap peta tergantung pada dari lokasi peta . bias sebelah barat atau timur utara sebenarnya Grid utara mungkin dilambangkan dengan huruf atau GN huruf "y


BEBERAPA ALAT YANG DIGUNAKAN  DALAM IMPK
A.    KOMPAS
1.      DEFINISI
Definisi kompas. Kompas berasal dari bahasa Latin yaitu Compassus yang berarti jangka. Kompas merupakan alat penentu arah dan derajat  mata angin. Kompas tediri atas magnet jarum, yang dapat berputar bebas. Kutub-kutub magnet ini selalu menunjuk arah Utara – Selatan walaupun tidak tepat benar (karena adanya sudut deklinasi). 
 Dalam menggunakan kompas perlu di perhatikan;
2.      YANG PERLU DI PERHATIKAN DALAM MENGGUNAKAN KOMPAS
Kompas adalah instrumen yang lembut dan harus dirawat sesuai.
a. Inspeksi. Sebuah pemeriksaan rinci diperlukan ketika pertama kali mendapatkan dan menggunakan kompas. Salah satu bagian paling penting untuk memeriksa adalah dial mengambang, yang berisi jarum magnetik. Pengguna juga harus memastikan penampakan kawat lurus, bagian kaca dan kristal tidak rusak, angka-angka pada dial dapat dibaca, dan yang paling penting, yang dial tidak menempel.
b.   Efek Logam dan Listrik. Logam objek dan sumber listrik dapat mempengaruhi kinerja kompas. Namun, logam dan paduan nonmagnetik tidak mempengaruhi pembacaan kompas. Jarak pemisahan berikut disarankan untuk memastikan berfungsinya kompas:
c.   Akurasi. Sebuah kompas dalam kondisi kerja yang baik sangat akurat. Namun, kompas harus diperiksa secara berkala pada baris diketahui arah, seperti azimut disurvei menggunakan stasiun deklinasi. Kompas dengan lebih dari 3 ° + variasi tidak boleh digunakan.
d.   Perlindungan. Jika bepergian dengan kompas, dilipat, pastikan pemandangan belakang dilipat sepenuhnya turun ke cincin bezel. Hal ini akan mengunci tombol mengambang dan mencegah getaran, serta melindungi mata kristal dan belakang dari kerusakan
3. BEBERAPA JENIS KOMPAS
1. Kompas Bidik
Kompas bidik adalah kompas yang biasa digunakan oleh militer, pramuka, dan pengembara. Kompas ini mudah mendapatkannya, harganyapun relatif murah, juga penggunaannya cukup sederhana serta lengkap.
Bagian bagian kompas bidik:
1.      Dial                            : Permukaan diaman tertera angka/huruf seperti jam
2.      Visir                           : Pembidik Sasaran
3.      Kaca Pembesar      : Untuk melihat sasaran dan angka pada Dial
4.      Jam Penunjuk        : Menunjukkan lokasi magnet bumi
5.      Tutup Dial                : Dengan 2 garis bersudut 45dan dapat diputar-putar
6.      Alat penggantung : Untuk tali/ dapat juga untuk menyangkutkan ibu jari tangan sewaktu melakukan pembidikan
Cara menggunakannya:
1.   tutup kompas dibuka legak lurus dengan kotak / badan kompas (90 derajat).
2.   ibu jari dimasukkan kecincin dan kompas diletakkan mendatar dan disana oleh jari telunjuk dan jari lainnya.
3.   kompas dipegang sebatas mata.
4.   sasaran bidik melalui takik pertengahan prisma dan garis rambut dibagian tengah ditutup.
5.   setelah sasaran dibidik dengan tepat, angka yang tertera dibawah garis tanda diatas pelat yang bercahaya dibaca, angka itu menunjukkan besarnya arah sudut bidikan.

 2. Kompas Silva
Kompas ini sudah dilengkapi busur drajat dan penggaris. Dalam penggunaannya akan sangat mudah karena kompas ini tidak dilengkapi alat bidik. Kecermatan bidik kompas ini agak kurang




3.       Geografical Position Satelite
Saat ini banyak pula pendaki gunung yang memanfaatkan alat navigasi sistem GPS, yang merupakan singkatan dari Geografical Position Satelite. Sistem ini dikembangkan dengan bantuan satelit militer Amerika Serikat yang digunakan untuk kebutuhan komersial.
Sebenarnya alat ini digunakan untuk navigasi udara, tetapi dalam perkembangannya atau kenyataannya saat ini, juga bisa digunakan untuk navigasi darat dan laut. Secara garis besarnya bentuk alat ini kurang lebih sebesar kalkulator. Pengoperasian alat ini dibantu oleh minimal 3 buah satelit pengamat.
Alat ini banyak diminati di Indonesia, walaupun ada kekhawatiran bagaimana seandainya bekas satelit militer Amerika itu tidak digunakan oleh kegiatan sipil. Menurut rencana pemerintah Indonesia akan mengorbitkan satelit sejenis dan mengoperasikannya. Jadi untuk perkembangan dunia petualangan, alat ini memang perlu dipelajari dan mempunyai prospek yang baik..






B.     PROTRACTOR
Ada beberapa jenis protractors penuh lingkaran, setengah lingkaran, persegi, dan persegi panjang. Semua dari mereka membagi lingkaran menjadi satuan ukuran sudut, dan masing-masing memiliki skala sekitar tepi luar dan tanda indeks. Tanda Indeks adalah pusat lingkaran busur dari mana semua arah diukur.
a. Para busur derajat militer, GTA 5-2-12, berisi dua skala: satu dalam derajat (skala batin) dan satu di mils (skala luar). Busur derajat ini merupakan lingkaran azimut. Skala derajat lulus 0-360 derajat, masing-masing tanda centang pada skala mewakili derajat satu derajat. Sebuah baris 0-180 derajat disebut garis dasar busur derajat. Dimana garis dasar berpotongan dengan garis horizontal, antara 90 dan 270 derajat, adalah indeks atau pusat busur derajat
b. Bila menggunakan busur derajat, garis dasar selalu paralel berorientasi ke saluran jaringan utara-selatan. Para 0 - tanda atau 360-derajat selalu ke arah atas atau utara pada peta dan tanda adalah 90 ° ke kanan.
(1) Untuk menentukan azimuth grid-
(A) Buatlah garis yang menghubungkan dua titik (A dan B).
(B) Tempat indeks dari busur derajat pada titik di mana garis yang ditarik melintasi garis (utara-selatan) grid vertikal.
(C) Menjaga indeks pada titik ini, sejajarkan 0 - untuk 180-derajat dari garis busur derajat pada garis kotak vertikal.
(D) Baca nilai sudut dari skala, ini adalah jaringan azimut dari titik A ke titik B
(2) Untuk menggambarkan suatu azimut dari titik yang diketahui pada peta -
(A) Mengkonversi azimut dari magnetik ke grid, jika perlu. 
(B) Tempatkan busur derajat pada peta dengan tanda indeks pada pusat massa dari titik dikenal dan garis dasar sejajar dengan garis kotak utara-selatan.
(C) Buatlah tanda di peta di azimut yang diinginkan.
(D) Hapus busur derajat dan menggambar garis yang menghubungkan titik dikenal dan tanda di peta. Ini adalah arah kotak garis (azimuth).
CATATAN:
Ketika mengukur suatu azimut, membaca selalu dengan derajat terdekat atau 10 mils. Jarak tidak mengubah azimut diukur secara akurat.
c. Untuk mendapatkan pembacaan yang akurat dengan busur derajat (untuk tingkat terdekat atau 10 mils), ada dua teknik untuk memeriksa bahwa garis dasar busur derajat sejajar dengan garis kotak utara-selatan.
(1) Tempatkan indeks busur derajat mana garis azimuth memotong garis kotak utara-selatan, menyelaraskan garis dasar busur derajat langsung di atas perpotongan dari garis azimut dengan garis jaringan utara-selatan. Pengguna harus dapat menentukan apakah pembacaan azimuth awal benar.
(2) Pengguna harus kembali membaca azimut antara azimuth dan utara-selatan garis grid untuk memeriksa azimuth awal.
(3) Perhatikan bahwa busur derajat dipotong pada kedua bagian atas dan bawah oleh garis utara-selatan jaringan yang sama. Menghitung jumlah derajat dari tanda 0 derajat di atas busur derajat ke saluran jaringan utara-selatan dan kemudian menghitung jumlah derajat dari tanda 180-derajat di bagian bawah busur derajat ke saluran jaringan yang sama. Jika kedua jumlah yang sama, busur derajat benar selaras.
C.     PETA

A. PENGERTIAN PETA
 “ Sejumlah informasi/data dari suatu daerah tertentu (sebagian dari permukaan fisik bumi) yang disajikan dalam bentuk grafis 2 dimensi (bidang datar) dengan perbandingan tertentu (skala).........”
KLASIFIKASI PETA
Tidak ada klasifikasi Peta yang bersifat universal. Secara garis besar, Peta dapat dibedakan berdasarkan skala, pada bentuk penyajiannya isi atau informasi utama pada Peta dan kegunaan dari Peta tersebut.
Berdasarkan Skala Peta
  • Peta Teknis: Dengan skala dibawah 1:10.000.
  • Peta Topografi: Atau Peta detail dengan skala lebih kecil, diantaranya 1:10.000 sampai dengan 1:100.000.
  • Peta Geografi: Atau Peta Ikhtisar dengan skala lebih kecil dari 1:100.000.
Berdasarkan Bentuk Penyajian Peta
  • Peta Garis (Line Map).
  • Peta yang menyajikan bayangan dari permukaan bumi dalam bentuk grafis atau garis.
  • Peta Foto (Photo Map).
  • Bayangan dari permukaan bumi disajikan dalam bentuk bayangan Fotografis, hasil dari suatu pemotretan Udara.
  • Peta Digital (Digital Map).
  • Suatu Peta yang data-datanya (Nomor titik, Koordinat Horisontal dan Vertikal) tersimpan dalam media Komputer.

Berdasarkan Isi Peta
  • Peta Topografi (Topographic Map)
  • Peta yang menyajikan informasi dari semua unsur yang terdapat dipermukaan Bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia.
  • Peta Tematik (Thematik Map)
  • Peta yang menyajikan unsur-unsur tertentu dari permukaan Bumi sesuai dengan tema Peta yang bersangkutan, dan umumnya mempunyai hubungan tertentu dengan informasi topografi.
  • Chart
  • Suatu Peta untuk kegunaan yang bersifat khusus, dalam hal ini data-data yang disajikan berhubungan dengan keperluan Khusus.
  •  
Berdasarkan Kegunaan Peta
  • Peta Referensi atau Peta Serbaguna, Peta yang dijadikan dasar dari perencanaan pengembangan nasional dan regional, dan umumnya diproduksi pada satu seri Peta. Jenis dari Peta referensi diantaranya adalah:
  • Peta Planimetris, Peta yang hanya menyajikan posisi horisontal dari unsur-unsur dipermukaan bumi tanpa menyajikan data ketinggian.
  • Peta Kadaster, Peta yang menyajikan batas dari kepemilikan tanah.
  • Peta Topografi, Peta yang menggambarkan tidak saja detail planimetris dari unsur-unsur dipermukaan bumi, tetapi juga menggambarkan bentuk Peta Topografi.

PETA TEMATIK
Adalah Peta yang menyajikan data/informasi sebagian permukaan fisik bumi sehubungan dengan tema tertentu (bersifat khusus). Dalam pembuatan Peta Tematik, diperlukan dua elemen penting, yaitu Peta dasar serta data/informasi spesifik yang akan disajikan.
Contoh dari Peta Tematik:
  • Peta Geologi.
  • Peta Tata Guna Tanah.
  • Peta Sumberdaya Alam.
  • Peta Jalan.
  • Peta Pariwisata.

PETA TOPOGRAFI
Peta yang dipergunakan dalam Navigasi Darat adalah Peta Topografi yang dipandang paling lengkap dalam penyajian informasinya. Perkataan Topografi berasal dari bahasa Yunani dan terdiri dari dua kata yaitu: TOPO = Lapangan, GRAFOS = Penjelasan tertulis, jadi Topografi berarti penjelasan tertulis tentang lapangan.
Peta Topografi sering juga disebut sebagai Peta yang bersifat umum, karena alam penyajiannya tidak ada satu unsurpun yang lebih dipentingkan atau dengan perkataan lain, semua unsur pada Peta Topografi diperlakukan sama. Dengan kata lain definisi dari Peta Topografi adalah:
...” Peta yang menyajikan data dan informasi keadaan lapangan secara menyeluruh (sifatnya umum), baik itu unsur alam (sungai, gunung, danau, laut, dll) maupun unsur buatan (jalan, jembatan, perkampungan, bendungan, dll) dengan garis bayangan ketinggian (garis kontur ketinggian) dalam perbandingan tertentu (skala)”...
Dalam lembaran Peta Topografi ada beberapa informasi ditepi Peta sebagai penunjang dalam pembacaan Peta yang harus diketahui oleh seorang Navigator.

INFORMASI TEPI PETA TOPOGRAFI
1.    Judul Peta
Menerangkan identitas atau nama dari suatu daerah yang tergambar dalam lembar Peta tersebut. Biasanya judul Peta diambil dari nama daerah yang terletak ditengah Peta atau daerah yang paling besar atau menonjol pada lembar Peta tersebut.
Contoh : Sagalaherang, Mandalawangi, Ciwidey, G. Ceremai, dll.

2.    Nomor Lembar/Nomor Registrasi Peta
Menerangkan nomor registrasi dari tiap lembar Peta, biasanya ditempatkan disudut kanan atas dari Peta.

Cara penomoran Peta Belanda HIND 1090
Cara penomoran menurut edisi Belanda, di Indonesia 1° Lintang dan Bujur dibagi dalam tiga bagian, masing-masing bagian terdiri 20’. Daerah sebesar 20’ x 20’ dinamakan satu bagian derajat.
Tiap-tiap bagian derajat yang ada dipermukaan bumi semuanya diproyeksikan diatas suatu bidang kerucut yang menyinggung permukaan bumidititik tengah bagian derajat dan mempunyai sumbu yang berimpit dengan poros bumi. Dinamakan Proyeksi Polynder.
Titik tengah bagian derajat menjadi titik asal salib sumbu untuk menentukan koordinat titik-titik bagian derajat
Cara penomoran pada edisi Hindia belanda, yaitu :
  • Angka latin untuk penomoran kolom tiap satu bagian derajat 20’ x 20’ (skala 1:100.000).
  • Angka romawi untuk penomoran baris tiap 20. x 20. (skala 1:100.000).
  • Hurup/abjad latin besar untuk pembagian lembar/sheet Peta tiap 10’ x 10’ (skala 1:50.000).
  • Hurup/abjad latin kecil tiap 5. x 5. (skala 1:25.000).
Contoh penomoran pada Peta edisi Belanda HIND 1090
36/XXXIX (19) untuk Peta 20’ skala 1:100.000
36/XXXIX (19-A) untuk Peta 10’ skala 1:50.000
36/XXXIX (19-a) untuk Peta 5’ skala 1:25.000

Cara mencari lembar Peta edisi Hindia belanda, yaitu:
Penomoran Peta HIND 1090 dimulai dari garis lintang dan bujur paling kiri atas dari wilayah Indonesia, yaitu 06° LU dan 96° BT.
Dari uraian diatas kita mengetahui bahwa satu derajat terbagi dalam 3 bagian derajat pada Peta edisiini, yaitu seluas 20’ x 20’ terpetakan dalam skala 1 : 100.000. Misalnya kita mencari koordinat suatu tempat/titik 06°25’30’’ LS dan 109°35’15’’ BT. Terdapat dilembar Peta berapa tempat/titik tersebut ?,
caranya:
·         Mencari nomor kolom
107°35’15’’ BT - 96° BT = 11°35’15’’ BT
Lihat derajat dan menitnya yaitu 11°35’ = 695’
695’/20’ = 34.75, artinya posisi koordinat yang dicari terdapat pada nomor kolom 35.
·         Mencari nomor baris
06°25’30’’ LS - 06° LU = 12°25’30’’
Lihat derajat dan menitnya yaitu 12°25’ = 745’
745’/20’ = 37.25, artinya posisi koordinat yang dicari terdapat pada nomor baris 38 = XXXVIII.
Dari hasil diatas kita mendapatkan posisi dari koordinat 06°25’30’’ LS ; 102°35’15’’ BT, terdapat pada kolom 35 dan baris 38 = XXXVIII yaitu nomor lembar bagian derajat 13 maka nomor Petanya 35/XXXVIII(13) untuk Peta skala (1 : 100.000).
Peta 1:50.000 mewakili daerah seluas 10. x 10., cara untuk mencari nomor lembar Petanya :
·         Hitung bujur dari koordinat tersebut setelah dikurangi kelipatan 20’
11°35’15’’ = 695’15’’.......(bujur)
34 x 20’ = 680’...............(kolom kelipatan 20’)
695’ – 680’ = 15’15’’........(sisa setelah dikurangi kolom atau kelipatan 20’).
·         15’15’’ pada bagian derajat terdapat pada kolom ke 2 yaitu lembar Peta B atau D, Peta skala 1 : 50.000. (lihat gambar 5)
·         Untuk nomor baris hitung lintang setelah dikurangi kelipatan 20’
12°25’30’’= 745’.......(bujur)
37 x 20’ = 740’............(kolom kelipatan 20’)
745’ – 740’ = 15’30’’...(sisa setelah dikurangi baris atau kelipatan 20’).
·         15’30’’ pada bagian derajat terdapat pada baris ke 2 yaitu lembar Peta C atau D, Peta skala 1 : 50.000. (lihat gambar 5)
·         Dari perhitungan kolom dan baris diatas maka kita mendapatkan lembar Peta yang bertampalan yaitu dilembar D untuk Peta skala 1 : 50.000.
Jadi posisi dari titik/tempat yang mempunyai koordinat 06°25’30’’ LS ; 102°35’15’’ BT terdapat pada lembar Peta nomor 35/XXXVIII(13-D) pada Peta skala 1:50.000.

Cara penomoran Peta AMS (U.S.Army Map Service)
Cara ini membagi satu derajat melintang dalam 3 bagian derajat dan membujur dalam 2 bagian derajat, masing-masing 30’ x 20’ untuk skala 1:100.000 dan 15’ x 10’ untuk skala 1:50.000, sehingga ukuran kertas yang digunakan yaitu 55cm x 37cm.
Contoh :           4422 skala 1: 100.000
4422-IV skala 1: 50.000

Cara penomoran Peta BAKOSURTANAL
Untuk penomoran lembar Peta Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) atau juga disebut juga Peta Rupa Bumi, mempunyai penomoran tersendiri.
Satu derajat melintang dan membujur terbagi dalam 2 bagian masingmasing 30° sehingga daerah yang diwakili satu bagian derajat adalah 30’ x 30’ dalam skala 1:100.000, Peta skala 1:50.000 masing-masing 15’ x 15’ dan skala 1:25.000 masing-masing 7,5’ x 7,5’ dengan ukuran kertas 55cm x 55cm.
  • Cara penomoran Peta Bakosurtanal dinyatakan dengan angka latin :
  • Empat angka pertama mewakili daerah seluas 1° x 1°30’ dipetakan dengan skala 1 : 250.000.
  • Empat angka pertama ditambah satu angka daerah seluas 30’ x 30’ yaitu menunjukan skala 1 : 100.000.
  • Empat angka pertama ditambah dua angka daerah seluas 15’ x 15’ yaitu menunjukan skala 1 : 50.000.
  • Empat angka pertama ditambah tiga angka daerah seluas 7,5’ x 7,5’ yaitu menunjukan skala 1 : 25.000.
Contoh : Peta Bekasi nomor Peta 1209-531
1209                 : skala 1 : 250.000
1209-5              : skala 1 : 100.000
1209-53             : skala 1 : 50.000
1209-531           : skala 1 : 25.000

3.    Keterangan pembuat Peta
Menerangkan silsilah, waktu, jenis proyeksi serta datum yang digunakan. Tujuan dari Peta itu dibuat serta keterangan serta alamat Instansi yang memproduksi Peta tersebut.
Contoh :
Repro               : Direktorat Geologi 1976
Dari Peta asal   : US. Army Washington D.C 1943
Proyeksi           : Lambert Comcal Orthomorphic


4.    Legenda Peta
Menerangkan simbol-simbol yang tergambar pada Peta baik unsur alam maupun buatan (gunung, sawah, jalan, kampung, titik trianggulasi, titik ketinggian, dll).
Bentuk serta ukuran dari simbol-simbol ini tidak dipengaruhi oleh skala (generalisasi), contoh simbol dalam legenda.

5.    Bagan Pembagian lembar Peta
Menerangkan bagian-bagian Peta yang bertampalan dengan Peta tersebut, sehingga mempermudah dalam penggabungan Peta untuk interprestasi daerah yang lebih luas.

6.    Skala Peta
Menerangkan perbandingan antara jarak di Peta dengan jarak sebenarnya dilapangan.
Ada beberapa jenis skala Peta yang tercantum yaitu Skala Numeris, Skala Grafis, dan Skala Pernyataan.
  • Skala Numeris , yaitu skala Peta yang disajikan dalam bentuk nomor/angka seperti 1:50.000, artinya setiap perbandingan 1 cm di peta sebanding dengan 50.000cm = 500m = 0,5km dilapangan.
  • Skala Grafis , yaitu skala Peta yang disajikan dalam bentuk grafis garis. Skala grafis ini berfungsi untuk mengantisipasi dari pemuaian atau pengerutan pada bahan kertas Peta yang digunakan, yang disebabkan oleh pengaruh panas dari alat pencetak atau pengaruh dari suhu udara, sehingga dapat diketahui pergeseran akibat perubahan tersebut.
·         Skala Pernyataan , yaitu skala Peta yang dalam penyajiannya menggunakan suatu pernyataan.
Contoh : 1 inch to 1 miles
Cara ini banyak digunakan dalam bentuk chart, serta Peta-peta yang dibuat oleh Negara-negara persemakmuran Inggris.
CARA MENG HITUNG SKALA
Interval Kontur secara Sistematis tertulis sbb :


Skala Peta secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :
MEASURING DISTANCE (Mengukur Jarak)
Langkah-langkah mengukur Jarak Datar di lapangan :
·         Ketahui Skala Peta
·         Ketahui Jarak di Peta (JP)
Secara Sistematis Jarak Datar dapat diketahui sbb :
Contoh                         : Diketahui Skala Peta 1 : 25.000
  Jarak Peta = 4 cm
Hitung                          : Jarak Datar di Lapangan ?

                            JP
Jawab : SP       =                     
               JD
JD = SP x JD
= 4 cm x 25.000            = 100.000 cm
Jadi Jarak Datar            = 1 Km

Langkah-langkah menghitung Jarak Sebenarnya di Peta :
·         Ketahui Skala Peta (SP)
·         Ketahui Jarak Peta (JP)
·         Ketahui Beda Tinggi (Interval Kontur)
·         Ketahui Jarak Datar (JD)
Secara sistematis Jarak Sebenarnya sbb :
A = Jarak Datar
B = Beda Tinggi/Interval Kontur
C = Jarak Sebenarnya
Contoh :
Diketahui :        Jarak Peta (Titik A ke B)            = 5 cm
Skala Peta                                = 1 : 25.000
Jumlah Kontur pada lintasan      = 7 kontur (titik A ke titik B)
Hitung Jarak Sebenarnya ?


7.    Sistim Koordinat
Yaitu sistim untuk memudahkan dalam menentukan posisi suatu titik/tempat dipeta, sistim koordinat Peta ini disajikan dalam bentuk grid (garis pembantu sistim koordinat).
Ada dua sistim koordinat yang disajikan didalam Peta Topografi wilayah Indonesia yaitu:
Ada dua sistim koordinat yang disajikan didalam Peta Topografi wilayah Indonesia yaitu:
·         Sistim Koordinat Graticule (geografis), yaitu sistim koordinat yang menggunakan proyeksi polynder grid yang digunakan adalah grid dengan satuan lingkaran, lintang (j), dan bujur (λ).
Contoh : koordinat Kuningan (06°58’56’’ LS ; 108°28’34’’ BT)
·         Sistim Koordinat UTM, yaitu sistim koordinat yang menggunakan grid UTM (Universal Transverse Mecator) dalam salib sumbu cartesian(absis dan ordinat). Satuan yang dipakai dalam sistim ini adalah meter.
Contoh : koordinat Kuningan 221134(absis) ; 9227466(ordinat).
Sistim koordinat UTM inilah yang biasanya lebih mudah dipakai dalam kegiatan Navigasi Darat, karena menggunakan grid dalam satuan jarak yaitu meter.
Pada pelaksanaannya untuk mempermudah dalam proses mencari dan menghitung digunakan sistim lokal yaitu sistim yang berdiri sendiri tidak bersifat umum, sistim ini biasanya digunakan pada Peta latihan.
Beberapa cara sistim koordinat lokal yaitu:
·         Cara 6 angka (Puluh ribuan, Ribuan, dan Ratusan).
Contoh : koordinat Kuningan 211;275
·         Cara 8 angka (Puluh ribuan, Ribuan, Ratusan, dan Puluhan).
Contoh : koordinat Kuningan 2113;2747


MAP SYMBOLS
Yang dimaksud adalah tanda-tanda yang termuat didalam peta dengan bentuk-bentuk tertentu serta mempunyai arti tertentu, sehingga memudahkan pengguna peta untuk dapat mempergunakannya.
Contoh :
Jalan Aspal, jalan tanah, jalan setapak, titik Ketinggian, puncak gunung, sungai, bangunan, perkampungan perkebunan, sawah, dll
Sumber : http://frekajourney.blogspot.com/2011/11/ilmu-medan-peta-kompas.html

0 komentar:

Posting Komentar